Profil Ustadzah Aida Lestari,Al Hafidzoh

Sungguh, kekuatan tekad yang ada dalam jiwa tidak bisa dilihat dari kecil ataupun besarnya postur tubuh seseorang. Pengalaman ini kami rasakan dengan keberadaan salah satu ustadzah di IFIBS.

Ustadzah Aida Lestari, Al Hafidzoh. Postur tubuhnya yang kecil dan mungil, membuat beliau lebih mudah dikenali oleh civitas IFIBS. Melihat cara beliau mendidik para santri, penulis menyimpulkan bahwa beliau memiliki dedikasi dan kepribadian yang baik. Hal inilah yang menjadi alasan bagi penulis untuk meliput profil beliau.

Ibu yang baru dikaruniai  satu putra ini, sudah cukup lama mengabdi di pondok. Specialisasi beliau adalah Ilmu Al Quran. Kegigihan beliau untuk mengajak para santri untuk merasakan dan menemukan keajaiban dari Al Quran sangat luar biasa.

Karena beliau yakin dengan sabda Rosulullah, _"Al Quran huwal kitabul mujizu"._ Al Quran adalah kitab yang di dalamnya terdapat mukjizat. Tekad dan langkah-langkahnya sangat produktif menghasilkan para _muhafidzoh_ di  IFIBS.

Ketika ditanya terkait keberhasilan beliau dalam menjalankan amanahnya di biro Quran kampus Putri IFIBS, beliau mengatakan bahwa keberhasilan ini adalah keberhasilan Tim. Beramal jama'i adalah kunci yang harus dipegang. Dalam amal jama'i ada pimpinan yang harus ditaati dan ditandzimi. Ada pembagian kerja yang jelas, ada pemberdayaan personal, ada kepercayaan dengan teman, dan yang pasti ada niat baik untuk mendidik diri, mendidik tim dan para santri.

Satu hal yang patut kita acungi jempol adalah keistiqamahan beliau dalam berbagi nasehat dengan teman-teman sekantornya. Beliau berprinsip bahwa menasehati itu tidak harus menunggu kita sempurna.
Karena kalau menasehati harus menunggu sempurna, manusia sampai matipun tidak akan sempurna.

Gaji pengasuh di pondok IFIBS tidaklah sebesar gaji pendidik di pondok-pondok yang lain. Terkait dengan gaji ini, penulis tergelitik untuk bertanya kepada beliau, kenapa bersedia bekerja dengan totalitas? Padahal di IFIBS gajinya kecil.  Beliau menjawab, "Saya disini bukan untuk cari uang, karena mencari uang atau kebutuhan keluarga menjadi kewajiban seorang suami.
Saya berkarir untuk membebaskan diri dari gelar ilmu yg tidak bermanfaat, agar ilmu yg saya gali selama ini bisa bermanfaat. Saya lebih takut ilmu saya nggak bermanfaat dari pada nggak punya uang."

Jawaban yang mengagumkan, meleleh airmata saya. Sungguh beliau adalah guru yang sederhana. Kegigihan beliau dalam menjalankan arahan pimpinan bisa kita contoh. Meskipun beban dan berbagai himpitan kehidupan, namun sorot matanya selalu menunjukkan optimisme daripada sebuah beban. Lisannya lebih banyak mewakili ketaatan pada pimpinan daripada mewakili sifat ego pemikiran. Ya Rabb, berkahi ilmu dan harta beliau. Sehatkan keluarganya, dan mudahkan pengabdiannya. (Aji, Media Center IFIBS)

#Quranidisiplinberprestasi
#IFIBSsekokahcalonpemimpin
#IFIBSberjuangditengahpandemi